Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos
yangberarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu
besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan
meningkatkan kebudayaan yang
terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman
Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal
kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu
kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena
pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu : 1) Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak,
Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat sampai sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Besemah dan beberapa suku lainnya di Indonesia.
Budaya megalitik Besemah mulai diteliti pertama kali dan ditulis oleh L. Ullmann dalam artikelnya Hindoe-belden in binnenlanden van Palembang yang dimuat oleh Indich Archief (1850). Dalam tulisan Ullmann tersebut H. Loffs menyimpulkan bahwa arca-arca tersebut merupakan peninggalan dari masa Hindu. namun pendapat ini ditentang oleh Van der Hoop pada tahun 1932, ia menyatakan bahwa peninggalan tersebut dari masa yang lebih tua. Setelah penelitian Van der Hoop, penelitian tentang megalitik Besemah dilanjutkan oleh peneliti-peneli
Daerah Besemah yang pernah diteliti oleh Van der Hoop, Tombrink, Westenek, Ullman, dan peneliti lainnya, daerah ini mudah dicapai dari kota-kota besar di sekitarnya, baik dari Jambi, Lubuklinggau, Palembang, dan Bengkulu, karena tersedia jalan besar yang menghubungkan Besemah dengan kota-kota besar di sekitarnya. Situs-situs megalitik dataran tinggi Besemah meliputi daerah yang sangat luas mencapai 80 km². Situs-situs megalitik tersebar di dataran tinggi, puncak gunung, lereng, dan lembah. #sumberinternet
Situs Megalitik Batu Cagak secara geografis merupakan situs yang terletak di lembah Bukit Pandan Kecamatan Muara Sahung, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Secara administratif letak situs ini berada di perbatasan antara HPT Kaur Tengah dengan Hutan Marga Kecamatan Tetap Kab. Kaur Provinsi Bengkulu berjarak sekira 13 kilometer dari jalan raya km 40 Kab. Kaur.
Di dalam wilayah ini terdapat ratusan batu-batu besar dengan ketinggian rata-rata 6 - 13 meter. Wilayah ini dihuni oleh beberapa kepala keluarga dari beberapa suku yang berbeda diantaranya suku besemah, suku kaur, suku sunda, dll. Perbedaan aliran kepercayaan bukan berarti mereka tidak bisa hidup damai, mereka saling menghormati dan menghargai. Keberadaan situs Batu Cagak ini juga dimanfaatkan sebagian masyarakat kabupaten Kaur untuk berziarah kepuyangan.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya mereka memilih untuk bertanam padi (sawah), dan berkebun kopi, cengkeh, karet, dll atau lebih tepatnya berladang. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, ada yang memilih untuk putus sekolah dikarenakan lokasi sekolah sangat jauh, lebih lanjut keadaan jalan menuju sekolah sangatlah sulit untuk dilalui. Ada juga yang memilih untuk merantau ke daerah lain yang dekat dengan sekolahnya.
Salam Lestari | Salam Pecinta Alam | Salam Rimbawan | Salam Budayawan
Kalau dari Bintuhan ke Muara Sahung, belok kanan nya dimana ya, sebelum Muara Sahung atau sesudahnya?
BalasHapusMenyimak
BalasHapus