Halaman

Senin, 07 Agustus 2017

Misteri Rajamendare : Kawah Gunung Api Di Belantara Perbatasan Kabupaten Kaur

Penemuan lubang kawah gunung api di Kabupaten Kaur Bengkulu oleh kelompok Mahasiswa Pecita alam dari KAMPALA FAPERTA UNIB (24/7/17), menjadi sebuah cerita bahwa Provinsi Bengkulu menjadi surga bagi aktivitas petualangan pendaki gunung, namun juga menjadi sebuah ancaman apabila terjadi bencana alam.

Kawah tersebut tepatnya berada di kaki gunung patah yang memiliki ketingian 2817 mdpl, dimana posisi kawah berada pada ketinggian 2650 mdpl, yang terletak pada sebelah barat daya dari puncak gunung patah, atau sebelah timur laut dari desa Manau sembilan Padangguci, Kabupaten Kaur.
Pada kesempatan ini tak hanya anggota aktif, namun ALB (anggota luar biasa : baca Alumni) KAMPALA ikut memimpin dalam eksplorasi gunung patah, perjalanan menembus belantara rimba (HL) Rajemendara selama 7 hari, dengan personel lintas angkatan, @jack 1998, Sudaryanto Lek Su 2009 @gegep 2014, Fendio 2015.


Koordinator eksplorasi Gunung Patah, Prayudhi, yang biasa di sapa Jack menyebutkan "gunung patah adalah gunung tertinggi di provinsi Bengkulu, pada tahun 2002 telah dilakukan eksplorasi oleh KAMPALA, kebetulan saya sendiri ketua tim, ada 9 pendaki dua diantara perempuan, sayang pendakian kali itu gagal, hanya mencapai ketinggian 1450 mdpl, karena minim informasi dan peralatan navigasi darat, ya tidak secanggih seperti saat ini, terang Prayudhi.

Sebelumnya pada tahun 2005, Palasostik, mahasiswa pecita alam dari fakultas Fisip UNIB, mencoba melakukan eksplorasi melalu Rimba Candi Kabupaten Lahat, Sumsel, Arafik salah satu anggota tim menuturkan kepada tim " waktu saya masih menjadi mahasiswa pendakian hanya mencapai puncak gunung patah, namun tidak berhasil menemukan letak kawah, apalagi ada danau" ujar Rafik saat di wawancara melalu telp ( 31/7/17), yang saat ini bekerja di lingkar institut dalam melakukan patroli harimau di wilayah lebong. Lebih lanjut prayudhi menerangkan, " bahwa beberapa perkumpulan pendaki gunung dari Jawa, maupun dari Sumsel juga kabarnya pernah melakukan ekplorasi."

Triputra Kesuma koordinator ekplorasi 2015 yang merupakan Anggota kampala anggkatan 1999 mengatakan, " Expedisi 2015 digagas untuk mentuntaskan hasrat dalam menggali potensi petualangan di bumi Rafflesia, adapun tim kami saat itu bersama 3 anggota kampala lainnya, @mukti aprian 2011, Amix Gegep 2014, Jack Rimbawan 1998, dan 1 orang anggota komunitas pelestari puspa langka Padangguci Nopri Anto , namun terbatasnya waktu serta cuaca extrim selama 10 hari perjalan, hanya mencapai ketinggian 2450 mdpl, kurang lebih 100 meter lagi mencapai puncak Bukit Belirang di mana posisi danau Tumutan Tujuh berada.

Berdasarkan penelusuran literatur pada beberapa dokumen mengenai aktivitas vulkanologi di jajaran Bukit barisan, disebutkan oleh Global Volcanism Program dalam website resminya https://volcano.si.edu, mengenai informasi dasar Gunung Patah yang terletak di perbatasan Kabupaten Kaur dan berbatasan dengan Provinsi Sumsel, bahwa " Gunung Patah adalah gunung berapi purba yang berhutan lebat, dengan tipe stratovulkanik . Usia letusan terakhirnya tidak diketahui, namun berdasarkan perkiraan, gunung berapi ini mempunyai letusan besar (VEI> = 4) sebelum 10,000 tahun yang lalu".

Lebih lanjut dalam dokumen tersebut, menyebutkan bahwa " pada 1 Mei 1989 sebuah lubang kawah baru 150 m dengan fumarol aktif diamati oleh seorang pilot pesawat kargo di daerah berhutan lebat pada sisi 3 km arah barat daya dari puncak Gunung Patah, Sebuah danau kawah di puncak puncak lainnya terlihat tepat pada Bukit Belirang" lebih lanjut dalam dokumen tersebut tidak menyebutkan tanggal pasti pembentukannya kawah gunung api tersebut.

Perjalanan mendaki gunung ini bukanlah pendakian gunung biasa, butuh management ekspedisi yang matang, karena perjalananya tak hanya 1-2 hari, namun mencapai tujuh hari berjalan kaki menembus belantara hutan hujan tropis yang menyimpan spesies tumbuhan dan satwa liar langka, dimana ancaman satwa liar masih dapat terjadi, apalagi bekal yang tak cukup bisa terjadi kecelakaan buat pendaki.

Perjalanan dilakukan dari desa Manau Sembilan dengan menyusuri sungai Padangguci dan dan sungai cawang dan pada pada ketinggian 2550 mdpl di hari ke tiga (23/7/17) kami menemukan danau Tumutuan Tujuh yang berada pada puncak Bukit Belirang, perjalanan kami lanjutkan pada hari ke empat ( 24/7/17) dengan menyusuri perengan lembah-lembah danau menuju arah timur laut, berbekal parang tebas, peta topografi dan GPS, Sudaryanto salah seorang anggota kampala 2009, yang merupakan mahasiswa kehutanan UNIB, menjadi pimpinan di depan, kerap kali perjalanan haru berhenti, karena sulitnya kaki melangkah akibat terhalang pohon-pohon tumbang yang penuh lumut.
Pada ketinggian 2600 mdpl tepatnya pada sebuah anak sungai, bau belirang semakin menguat, menusuk hidung kami, vegetasi tinggi dan batang-batang pohon tak lagi penuh lumut, Semak cantigi gunung (Vaccinium Varingiaufolium) atau disebut pohon panjang umur merupakan satu-satunya tumbuhan yang kami temui.

Pada saat menjelang ketinggian 2650 mdpl, kami menemukan semak cantigi pada sisi barat pada lokasi jaur yang kami lalui atampak terbakar dan hanya tersisa abu serta arang bekas terbakar, kakipun agak sulit menapak pijakan dalam setiap melangkah sebab tak hanya kerikil batu, arang hitam sisa pembakaran yang cukup dalam membuat kami kerpotan dalam berjalan menuju puncak, apalagi bau belirang yang kerap kali menusuk kami.

Kurang lebih pukul 10.30 wib, atau sekitar 3 jam perjalanan dari danau Tumutan Tujuh, kami sampai pada puncak kawah gunung patah, Prayudhi, koordiator tim, mencoba membuka peta topografi keluaran bakorsurtanal untuk orientasi medan, sambil menujuk ke arah utara tampak puncak tertinggi gunung patah terlihat menjulang tinggi, dan di sisi bawah kami, arah tenggara terlihat kawah mengeluarkan asap dan buih air mendidih, sisi luar kawah tampa berwana hijau toskah, memperlihatkan kecantikan yang indah di balik suara gemuruh di dalam dapur kawah.
Sungguh indah pemandang hutan Rajamendare di bumi Rafflesia ini, tegak di puncak berkawah memandang samudera hindia, dalam pesannya Prayudhi mengatakan, " inilah kawasan hutan tropis yang sangat istimewa, menyimpan kehidupan liar yang harus kita jaga bersama, jika di bangun untuk tujuan wisata, kami berharap tetap berazaskan pada kaidah konservasi dan prinsip ekowisata agar tak rusak, tegasnya.(9800291)

Source by  KAMPALA FB UNIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar